Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer merupaka seorang sastrawan yang lahir 6 Februari 1925 di Blora, Jawa Barat. Pramoedya Ananta Toer lahir dari Ibu bernama Maemunah Thamrin dan ayah bernama M. Toer, ayahnya adalah seorang kepala Institute Budi Utomo.
Putra sulung dari kepala Institute Budi Utomo ini telah menghasilkan lebih dari 50 karya yang diterjemahkan kedalam 41 bahasa asing, selain sebagai seorang sastrawan, Pramoedya Ananta Toer juga pernah bekerja sebagai juru ketik di kantor berita Domei,Domei merupakan kantor berita Jepang sampai akhir perang dunia kedua yang didirikan pada 1 Juni 1936, melalui kantor berita inilah berita kemerdekaan RI disiarkan.
Karya Pramoedya Ananta Toer
Karya Pramoedya Ananta Toer banyak mengandung kritik sosial, hal ini membuat beberapa karyanya dilarang dipublikasikan karena dianggap mengganggu keamanan negara pada masa pemerintahan Soekarno, karena karyanya tersebut pula dirinya sering keluar masuk penjara dari masa kolonial hingga masa orde baru.
Misal pada tahun 1960, ia ditahan oleh pemerintahan Soeharto karena karyanya tentang pandangan Pro - Komunis tiongkok, buku berjudul Hoakiau yang beredar di Indonesia ditarik dari pasaran dan ia ditahan di Nusakambangan, namun demikian tidak menyurutkan ia untuk terus berkarya.
Dalam hidupnya ia telah banyak menghasilkan karya, diantaranya artikel, puisi, cerpen, dan novel, sehingga melambungkan namanya hingga sejajar dengan sastrawan dunia, beberapa karyanya diantaranya adalah Puisi Untuk Ayah, Bumi Manusia Pengarang, Bisu, dll.
Penghargaan
Semasa hidupnya atas karya yang telah dibuatnya, Pramoedya Ananta Toer mempunyai banyak penghargaan diantaranya :
Freedom to Write Award dari PEN American Center, AS, 1998
The Fund For Free Expression, New York, AS, 1989
Wertheim Award, Wertheim Fondation, Manilla, Filipina, 1995
UNESCO Mandajeet Signh Prize, UNESCO, Perancis, 1996
Dan masih banyak lagi penghargaan dari dunia untuk Promoedya Ananta Toer, oleh karena dedikasinya dalam dunia sastra maka Google menjadikannya Doodle pada beberapa waktu lalu.
Kontrofersi
Pada tahun 1995, Pramoedya mendapatkan penghargaan dari yayasan Ramon Magsaysay, sebannyak 26 tokoh sastra Indonesia mengajukan keberatan karena Pramoedya dianggap sebagai algojo Lekra paling galak pada masa demokrasi terpimpin, tetapi Taufik Ismail sebagai pemrakarsa meralat pemberitahuan itu.
Anak Pramoedya Ananta Toer
Semasa hidupnya Pram mempunyai dua orang istri, dari pernikahan pertama ia dikaruniai tiga orang anak, dari istri kedua ia dikaruniai enam orang anaj namun satu anak laki - laki meninggal saat masih kecil sehingga jumlah anak pram adalah delapan orang anak.
0 komentar:
Post a Comment